Siapa yang tidak mengenal Danau Tiga Warna Kelimutu, sejak tahun 1915 sampai sekarang begitu kuat daya tariknya, banyak wisatawan Nusantara maupun Mancanegara yang telah mengunjunginya, sehingga pantaslah jika Kelimutu menjadi magnet Pariwisata di dataran Flores – Nusa Tenggara Timur yang telah melegenda.
Pukul 3 pagi kami bergegas menuju Danau Kelimutu dari Hotel di Ende tempat kami menginap, menyusuri jalan yang gelap tanpa lampu-lampu penerangan sepanjang jalan walau kiri jurang dan kanan tebing-tebing berbatuan kami tak kawatir karena kendaraan tour yang membawa kami sangat mengenal jalur menuju Danau Kalimutu.
Gelap masih menyelimuti Area Danau Kalimutu ketika tepat pukul 5:30 pagi kami tiba di pintu masuk dengan disambut oleh hujan dan angin dingin. Dari pintu masuk menuju parkiran kendaraan tidak sampai 3 km. Sambil menunggu hujan reda, ditemani Kopi panas dan Mie instant cukup menghangatkan tubuh yang kedinginan. Tidak lama hujanpun mulai reda dan kami bergegas naik sambil berharap bisa melihat keindahan munculnya matahari pagi dibalik Danau Kelimutu.
Menyusuri jalan setapak sepanjang 1 km lebih, menaiki 236 anak tangga menuju puncak bukit dipagi hari membuat tubuh bugar dan sesampainya kami di puncak bukit, kami bersyukur dapat menyaksikan salah satu dari keindahan keajaiban alam yang ada di Indonesia. Ternyata benar bahwa momen tidak terlupakan adalah saat kita menyaksikan matahari terbit tepat di depan Danau Kelimutu, sangatlah indah.
Rasa kagum kami pun tak terhenti disana. Ternyata danau tiga warna tersebut memiliki banyak kisah-kisah sejarah terjadinya Danau Kelimutu, cerita-cerita misteri dan fenomena alam yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sekitar maupun kejadian nasional. Beberapa foto-foto perubahan warna-warna pada setiap danau yang disertai tanggal dan tahun terpampang di depan danau. Saat kami berkunjung air danau bewarna hijau, hijau dan hitam.
Sebelum meninggalkan danau kami pun penasaran mengunjungi Pesanggrahan Belanda yang tak jauh dari lokasi parkir kendaraan. Dengan menuruni puluhan saja anak tangga kita dapat menyaksikan rumah peninggalan Belanda dan rupanya sejak jaman penjajahan dahulu di kaki bukit Danau Kelimutu juga dijadikan tempat tinggal bangsa Belanda karena pertama kali Danau Kelimutu ditemukan oleh komandan militer Belanda yang bernama B. Van Suchtelen pada tahun 1915. Setelah tahun 1929 barulah Danau Kelimutu mulai diketahui banyak orang dikarenakan hasil tulisan dan lukisan Y. Bouman. Bukan hanya para wisatawan tetapi juga para ilmuan/peneliti berlomba-lomba mencari tahu pembentukan danau secara ilmiah.
Sejak pertama kali ditemukan oleh seorang komandan militer Belanda bernama B. van Suchtelen pada tahun 1915, Kelimutu mulai menyambut ketenarannya terutama setelah Y. Bouman melukiskannya lewat tulisan di tahun 1929. Karena tulisan tersebut, mulai banyak wisatawan, terutama wisatawan asing yang datang demi menikmati keindahan danau. Keindahan dan keunikan tiga warna dari danau ini tidak hanya menarik perhatian wisatawan, tapi juga peneliti yang merasa kurangnya literatur ilmiah tentang danau ini. Bagi masyarakat sekitar Kelimutu, danau ini tidak lebih dari danau yang angker karena legenda masyarakat yang ada di kawasan tersebut.
Nama Kelimutu sendiri dipercaya adalah gabungan dari kata “keli” yang memiliki arti gunung, dan kata “mutu” yang berarti mendidih. Secara harfiah, Kelimutu dapat diartikan sebagai “gunung mendidih” dengan warna air yang berbeda-beda.
Info & Tips :
Pemandangan paling keren ke danau pagi hari dan usahakan 1 jam sebelum matahari terbit, membawa jaket/mantel karena dingin dan kencangnya angin sekitar danau, jika siang diperlukan topi untuk menghalau terik matahari, kalau memiliki kamera usahakan menggunakan lensa wide, siapkan fisik yang prima karena sedikitnya diperlukan jalan mendaki dan menaiki ratusan anak tangga dan patuhi rambu-rambu yang ada di sepanjang area Taman Nasional Danau Kelimutu untuk keselamatan wisatawan.
Untuk sedikit informasi mengenai jasa travel, dan penyewaan kendaraan, rute terdekat menuju Kelimutu adalah dari kota Ende 2,5 jam perjalanan, dengan harga sewa/rental mobil Rp.500.000 s/d Rp.700.000 per hari per mobil (Xenia/Avanza) tergantung nego, jika dari Maumere agak sedikit mahal berkisar Rp.700.000 s/d Rp.800.000, tiket masuk untuk wisatawan lokal Rp.5.000 (supir/petugas travel Free) dan tiket untuk kendaraan roda empat kurang lebih Rp.10.000.
How to get There :
Jika Anda keberangkatannya dari Bali, Surabaya, Jakarta atau Makasar Rute penerbangan menuju Ende dapat ditempuh dengan rute penerbangan;
1. Jakarta/Surabaya/Makasar – Denpasar – Ende
2. Jakarta/Surabaya/Denpasar – Kupang – Ende
3. Ataupun Anda juga dapat mendarat di Kota Maumere, dengan rute penerbangannya Jakarta/Surabaya/Denpasar – Maumere dan Makasar – Maumere.
Perjalanan menuju Kelimutu sendiri dapat ditempuh selama 2,5 jam dari kota Ende, sedangkan dari Kota Maumere kurang lebih 3 jam, dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Akan tetapi jika ingin nyaman, kami sarankan Anda dapat stay/bermalam di bawah kaki gunung kelimutu, atau diseputar daerah Moni, karena disana banyak terdapat Hotel berkelas melati, maupun penginapan-penginapan dirumah penduduk (guest house), yang biayanya relative terjangkau, sehingga Anda akan lebih banyak waktu untuk mengeksplore Kelimutu.