Pagi-pagi itu kami sudah harus memulai jalan-jalan kliling Kota Bitung, walau rasa kantuk masih terasa, dan lambaian tangan-tangan kemalasan masih terdengar, seraya berbisik mengajak selami mimpi.. hhmm jadi dilema nih , ditambah cuaca yang mendung beserta tiupan udara dingin menyentuh kulit.
Tetapi ternyata cerita mengenai mahkluk-mahkluk lucu khas Bitung, sentak mengalahkan godaan-godaan kemalasan, karena kapan lagi melihat secara langsung dari habitatnya kalau enggak sekarang, semangaat berangkat…!
Nah sebelum ketemuan mahkluk mungil nan lucu itu, sedikitnya perlu mengenalnya juga, Tarsius (Tarsius Spectrum) begitu biasa disebutnya, bahkan tarsius juga kerap dipanggil dengan nama Kera Hantu, karena ia merupakan jenis primata terkecil di dunia, dan kehidupannya pada malam hari, terutama keluar untuk mencari makanan, ukuran tubuhnya yang mungil yaitu sampai dengan 15 cm, sedangkan beratnya mencapai 80 gram, dengan ekornya yang panjang hingga 20an cm, serta keunikan Kera Hantu dapat memutar lehernya hingga full 180 derajat.
Kera hantu atau Tarsius, selain menggemaskan juga patut di tiru loh.!, karena mahkluk ini termasuk hewan yang paling setia dengan pasangannya, jadi yang namanya “sehidup semati” sudah menjadi budaya atau naluri hidup mereka.
Bangga dan bahagia juga, bahwa Indonesia telah mendapat karunia yang begitu besar dari Sang Pencipta, selain keindahan, kekayaan satwa seperti Tarsius tidak dimiliki oleh Negara-negara lain, hanya Cuma Indonesia dan Filipina.
Setibanya di tangkoko, ternyata tidak mudah juga menemui Tarsius diwaktu siang, karena siang merupakan jam istirahatnya, jadi mau tidak mau kita menghampiri satu persatu tempat persembunyiannya. Umumnya Tarsius menjadikan lubang-lubang pada pohon-pohon besar seperti Pohon Beringin dan sejenisnya, untuk tempat tinggal atau persembunyiannya dari hewan buas pemangsa Tarsius, sehingga cukup waktu ekstra mencari beberapa ekor yang bisa langsung terlihat disela-sela rimbunnya pepohonan di hutan Tangkoko. Beruntung kami ditemani dengan ranger pengawas hutan, yang tentunya telah berpengalaman, dan tahu rumah-rumah Tarsius yang bisa disinggahi saat siang hari.
Jadi jika Anda bekesempatan pergi ke Sulawesi Tenggara, jangan lupa mampir ke Hutan Cagar Alam Tangkoko di Kota Bitung, karena di sinilah Tarsius berasal.
How to get there
Tidak sampai 1 jam perjalanan dari Kota Bitung menuju Hutan Tangkoko, dengan akses jalan aspal yang baik dan tidak ada macet , dijamin perjalanan Anda nyaman dengan pemandangan hutan-hutan jati sebelum tiba ditujuan.
Untuk transportasi Anda dapat menyewa kendaraan dari Kota Bitung, ataupun langsung dari Menado, karna di dalam perjalanan menuju Tangkoko, atau sekembalinya dari Tangkoko Anda dapat menikmati keindahan alam Kota Bitung lainnya.
Other Information’s
Bagi wisatawan yang ingin ke Tangkoko, sebaiknya melakukan reservasi sebelumnya, dikarenakan selain untuk tujuan wisata, Hutan Tangkoko juga sebagai tempat penelitian dan sebagai cagar alam Kota Bitung. Disarankan Anda dating saat musim panas, atau bukan musim hujan, karena saat hujan Anda tidak akan dapat memasuki hutan, dan Tarsius pun tak akan terlihat.
Bawalah minuman dan makanan ringan, selama tracking di kawasan cagar alam Tangkoko, karena tidak ada banyak penjual makanan ringan dan minuman di area wisata, para pengawas hutan biasanya menganjurkan Anda membawa lotion obat anti nyamuk, untuk menghindari Anda dari gigitan nyamuk atau serangga hutan lainnya yang membuat gatal.