Salah satu Kampung adat di dataran Pulau Flores yang memiliki usia ratusan tahun (kurang-lebih 800an tahun) adalah Kampung Adat Walogai, kampung adat Wologai terletak di desa Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko kira-kira 40 km arah timur kota Ende. Kampung ini merupakan salah satu dari 24 komunitas Adat Suku Lio yang berada di sekitar Taman Nasional Kelimutu, dengan budayanya yang luhur, dan sangat kental dengan perilaku agraris, religius, sekaligus magis dengan kedekatannya yang kuat pada alam.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by FOLKINDONESIA (@folkindonesia) on

Saat memasuki kampung ini, terdapat sebuah pohon beringin yang di yakini adat Wologai di tanam oleh leluhur mereka, hal ini memliki keselarasan yang setara dengan waktu pendirian kampung adat ini, uniknya dari kampung Wologai adalah bangunannya yang berbentuk kerucut, Rumah-rumah tersebut di bangun melingkar dan terdapat tiga tingkatan dimana setiap tingkatannya disusun bebatuan ceper di atas tanah yang sekelilingnya dibangun rumah-rumah. Semakin ke atas, pelataran semakin sempit menyerupai kerucut yang tertata rapi, untuk menarik pengunjung dan menceritakan asal-muasal Wologai dapat diadakan sejumlah atraksi budaya yang dapat dipentaskan kepada pengunjung terutama saat upacara adat berlangsung (sesuai pesanan dan berjadwal).

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Husni Saleh (@husni.saleh) on

Segela kegiatan yang diadakan di Kampung Adat ini perlu didahului dengan ritual adat, apalagi untuk membangun sebuah rumah adat perlu diadakan upacara adat Naka Wisu, yaitu aturan memotong pohon di hutan untuk digunakan sebagai tiang penyangga rumah, ritualnya harus dilakukan pukul 12 malam, dengan terlebih dahulu perlu menyembelih seekor ayam. Hingga kini Masyarakat masih mempertahankan bentuk kampung adat karena tunduk dan taat pada perintah leluhur yang berpesan untuk selalu menjaga tradisi yang telah dilakukan turun-temurun selama ratusan tahun.
Kegiatan dalam setahun di Kampung Adat terdapat dua ritual besar yakni panen padi, jagung dan kacang-kacangan (Keti Uta) pada bulan April, dan tumbuk padi (Ta’u Nggua) pada bulan September, sedangkan Puncak ritual Ta’u Nggu’a adalah Pire dimana selama 7 hari masyarakat tidak menjalankan aktivitas hariannya atau lebih banyak menyendiri seperti Nyepi di Bali.
Informasi : Jika mengunjungi Kampung Adat Walogai dan ingin mendapatkan atraksi Budaya dan kisah-kisah sejarahnya dalam sebuah pertunjukan, dapat menghubungi biro perjalanan Anda, agar sebelum tiba di Ende semua dapat terjadwal dengan baik.

Related Posts