“Gemuruh suara air terdengar sayup dari kejauhan menuju perjalanan menanjak dan menurun serta berliku.
Disisi kiri kanan tampak tanaman paku pakuan yang berderet menuju air terjun yang berada di ketinggian yang angkuh. Tampak beberapa anggrek hutan tumbuh endemik di kaki maras yang indah sedang mekar di kiri kanan.”
“Surga alam yang terpapar indah dan sunyi seketika tampak melegakan perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Disentuh dinginnya air jernih yang beriak, dangkal dan memuaskan dahaga yang panjang disepanjang napak tilas menuju sang Maha Karya”
View this post on Instagram
Manjang Merah, nama air terjun yang disematkan warga kawasan Berbura, sebuah desa dibawah kaki bukit Maras pada ketinggian sekitar 400 mgpl yang terletak di kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka,provinsi Bangka Belitung.
Demikian nama air terjun itu disebut, karena memiliki warna air yang memantul berwarna merah dan bebatuan yang juga berwarna merah. Konon, bebatuan ini terjadi dan terendap kompos dan humus alami dari dedaunan yang telah mengendap ribuan tahun dalam air. Dan kata Manjang dari bahasa daerah Bangka memanjang. Posisi air terjunpun ditempuh dengan perjalanan panjang dan medan yang terjal serta posisi air terjun pada ketinggian 4km yang ditingkahi bebatuan yang berwarna merah dan mengalir hingga menjadi tiga anak sungai di kaki bukit Maras.
Menuju kecamatan Riau Silip, kabupaten Bangka dari Airport Depati Amir Bangka Belitung membutuhkan waktu 2 jam kurang lebih 70 km perjalanan normal menggunakan kendaraan pribadi atau travel yang biasa ditawarkan di sepanjang bandara Depati Amir. Jika ingin lebih menantang, traveler bisa menggunakan sepeda dari mulut jalan menuju air terjun dengan medan yang lumayan memacu adrenalin. Nah, traveler tinggal pilih, mau memakai jalur yang mana. Setelah menempuh jalan yang berliku,licin, menanjak dan menurun.
Gemuruh suara air sudah terdengar dari jarak 1 km perjalanan menanjak dan menurun serta berliku.
Disisi kiri kanan tampak tanaman paku pakuan yang berderet menuju air terjun yang berada di ketinggian yang angkuh. Tampak beberapa anggrek hutan tumbuh endemik di kaki maras yang indah sedang mekar di kiri kanan.
View this post on Instagram
Surga alam yang terpapar indah dan sunyi seketika tampak melegakan perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Disentuh dinginnya air jernih yang beriak, dangkal dan memuaskan dahaga yang panjang disepanjang napak tilas menuju sang Maha Karya.
Rinai hujan tak menyurutkan langkah untuk segera mereguk air jernih pelepas dahaga setelah sekian kilometer menuju Manjang Merah. Ketika tubuh menyentuh air,seketika dahaga itu pergi . Yang hanya tinggal adalah kesejukan dan kesegaran yang menerpa seluruh tubuh.
Waktunya merilekskan seluruh tubuh dan kaki yang mulai meregang. Dan kembali pulang dengan segala indahnya Manjang Merah yang tersisa dalam ingatan.
Sumber/penulis : Derika Buliana (Humas Pribadi Bupati dan ketua TpPKK Bangka)