Festival ini dilaksanakan setiap tahun, pada tanggal belasan yang paling tinggi pada hari Senin. Acara diawali dengan kirab benda-benda pusaka peninggalan kerajaan Talaga yang dikawal oleh tentara pasukan kerajaan menuju area Museum Talaga Manggung. Tamu-tamu undangan yang hadir sungguh menarik perhatian karena sebagian besar mereka berpenampilan bak pendekar dengan totopong (ikat kepala dari kain), tongkat berulir, cincin batu akik, dll. Musik degung Sunda terlantun dengan nyanyian seorang pesinden.
Suatu kehormatan bisa melihat Kirab Budaya "Nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung" Sampai dijamu makan oleh Putra Mahkota Pangeran Raden Cahya Apun. Plus bisa menyaksikan pusaka keluarga dari dekat dan berfoto dengan Ibu Ratu Majalengka. #XplorMajalengka #MajalengkaExoticSundaLand pic.twitter.com/zlDXZL3DNK
— leonard anthony (@cool4myeyes) October 15, 2019
Festival Ngumbah Pusaka ini merupakan upacara ritual menyiramkan/memandikan benda benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga Manggung. Sebelumnya dikumpulkan dulu air dari 9 sumber mata air yang berada di sekitar kawasan kerajaan ke tempat khusus yang di dalamnya terdapat bunga-bungaan segar. Air ini digunakan untuk memandikan patung perunggu (patung Buddha peninggalan Kerajaan Talaga) yang dinamakan patung Simbar Kancana dan patung Raden Panglurah, serta untuk mencuci gong renteng, tumpak, pedang, keris, meriam. Air bekas cucian ini dianggap keramat dan membawa berkah, sehingga menjadi rebutan warga usai upacara.
Suasana prosesi Nyiramkeun Pusaka Talaga Manggung, Majalengka. pic.twitter.com/Exbtt2M6nd
— Richo Traveling (@richotraveling) October 14, 2019
Usai prosesi nyiramkeun, patung Simbar Kancana (dimandikan oleh ibu ratu dan perempuan kerajaan) dan patung Raden Panglurah (dimandikan oleh pangeran dan lelaki kerajaan) ini pun masing-masing ditutup kain hitam dan dikembalikan ke keluarga kerajaan Talaga untuk disimpan dan dikeluarkan kembali tahun berikutnya.