Ekowisata Terpopuler Tahun 2019
View this post on Instagram
1. Mangrove Forest Park Kota Langsa
Daerah Langsa adalah termasuk daerah yang berhasil mengembangkan kawasan hutan bakau atau mangrove. Kawasan ini berada di Langsa bagian Barat, dekat pelabuhan Langsa. Saat ini kawasan hutan mangrove dengan luas sekitar 8.000 Ha sudah menjadi tujuan wisata andalan kota Langsa, sebagai ekowisata dan edukasi mangrove yang berskala Internasional. Bisa disebut skala Internasional karena di kawasan ini terdapat puluhan spesies mangrove. Tepatnya ada 38 jenis mangrove. Tak heran jika di sini dijadikan tempat penelitian dan studi mangrove dari segala penjuru dunia. Untuk menyusuri keindahan alam hutan mangrove, pengelola membangun jalan setapak terbuat dari kayu di tengah-tengah hutan yang sekarang menjadi spot paling asyik buat ber-selfie.
View this post on Instagram
2. Pulau Lusi Sidoarjo
Pulau Lusi adalah merupakan pulau baru hasil dari sedimentasi lumpur yang keluar dari Lumpur Sidoarjo, setelah bertahun-tahun lumpur itu dibuang ke Sungai Porong, kini menghasilkan hamparan pulau di pesisir timur Sidoarjo. Nama Pulau Lusi sendiri telah diresmikan oleh Kementrian KKP. Pulau ini tidak cuma difungsikan sebagai obyek wisata saja, ada beberapa peneliti dan mahasiswa, yang menjadikan pulau ini sebagai bahan penelitian begitu juga dengan ekosistem yang terdapat di pulau tersebut. Pulau reklamasi hasil timbunan lumpur pengerukan muara Sungai Porong tersebut memiliki luas total 94 hektare. Saat ini Pemerintah Kabupaten Sidoarjo memanfaatkan Pulau Lusi sebagai Ekowisata, walaupun masih belum sempurna tetapi sudah dilakukan upaya-upaya untuk merubah pualu Lusi menjadi tujuan Ekowisata baru yang lengkap. Didalamnya dibangun tambak Wanamina seluas 4, 90 hektare yang tujuan awalnya adalah memantau perilaku biota ikan terkait pengaruh lumpur terhadap ikan di muara, berdasarkan hasil pengamatan selama tiga tahun berjalan, ikan tetap dapat hidup dengan baik bahkan telah berhasil memproduksi ikan bandeng, selain itu dipulau tersebut telah dibangun pedestrian track, tracking mangrove, gazebo, menara pandang, kantor pengelola, rumah genset, toilet dan istalasi pengelolaan air.
View this post on Instagram
3. Kampung Flory Sleman
Kampung Flory beralamat di Dusun Jugang, Desa Pangukan, Kecamatan Tridadi, Sleman, DIY. Objek wisata kampung Flory Plaosan tergolong ekowisata desa yang relatif baru, kampung ini dijadikan destinasi wisata dibuka pada pertengahan tahun 2016 tahun lalu. Kawasan wisata ini menempati lahan kurang lebih 4 ha yang terbagi menjadi beberapa zona. Zona pertama yakni Taruna Tani yang menyediakan berbagai tanaman hias, tanaman buah unggulan dan wisata kuliner. Lalu di zona yang diberi nama Dwi Flory yang menyediakan penginapan berupa homestay. Sedangkan zona terakhir ialah Agro Buah yang menyuguhkan wisata petik buah langsung dari pohon serta wisata edukasi. Mengandalkan sektor perikanan, pertanian dan perkebunan, Kampung Flory Sleman sangat cocok digunakan untuk berwisata bersama keluarga. Di sini wisatawan dapat menikmati berbagai fasilitas seperti misalnya kolam terapi ikan, homestay, rumah makan, kebun buah, tanaman hias, dan pelatihan agrobisnis
Ekowisata Terpopuler Tahun 2018
View this post on Instagram
1. Cendrawasih Nimbokrang
Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Distrik Nimbokrang memiliki lima spot untuk memantau keindahan burung asli Papua yang langka dan sangat dilindungi. kelima tempat itu adalah Rhepang Muaif dan Amai di Kabupaten Jayapura serta Berawai, Poom dan Sawendui di Kabupaten Kepulauan Yapen.
Di kawasan khusus konservasi cenderawasih ini, para wisatawan dapat berinteraksi dan mendapatkan pengalaman menyaksikan secara langsung kecantikan dan mendengar merdunya suara burung Cenderawasih yang langka ini dan merupakan ikon Papua.
View this post on Instagram
2. Bintan Mangrove
Saat ini Bintan Mangrove telah menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang sedang naik daun dan merupakan salah satu area wisata yang dilindungi pemerintah Indonesia sebagai kawasan ekowisata. Keindahan alam serta kemurnian daerah yang asri dan terjaga dengan baik mungkin menjadi salah satu alasan yang menjadikan tempat ini begitu banyak diincar oleh wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Kawasan yang indah ini berada di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. yang lebih tepatnya di Sungat Sebong yang membelah kawasan Kampung Lagoi serta Desa Sebong Lagoi.
Memasuki ke dalam kawasan Bintan Mangrove harus melalui pemandu dan untuk menyusuri keindahan hutan mangrove para wisatawan akan diarahkan untuk menggunakan speedboat milik masyarakat setempat. Dalam durasi kurang lebih satu jam wisatawan dapat menikmati keindahan alam hutan mangrove yang dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona asin, payau dan tawar.
Hutan ini juga menjadi salah satu penghasil kayu jati. Batang pohon jati berwarna coklat dan ukurannya sangat besar, tetapi di bagian dalamnya berwarna merah.
Wisatawan juga dapat menikmati kawasan hutan mangrove dengan berjalan kaki. Terdapat jembatan-jembatan yang memang khusus dibuat sebagai fasilitas bagi wisatawan yang ingin menelusuri suasana hutan yang hening dan asri dengan berjalan kaki.
View this post on Instagram
3. Nglinggo
Desa Wisata Nglinggo terletak di Kelurahan Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kulonprogo. Desa wisata ini masih satu kawasan dengan obyek wisata Puncak Suroloyo. Di tempat ini wisatawan dapat merasakan sejuknya udara pegunungan sekaligus melakukan aktivitas tea walk alias jalan-jalan menyusuri kebun teh pada ketinggian 800 m dpl yang memang menjadi pesona utama dari desa wisata ini, disamping itu tempat ini juga telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas antara lain tempat pertemuan, pusat jajanan, bumi perkemahan dan homestay bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana menginap di desa.
Dari kebun teh ini, wisatawan dapat menyaksikan pemandangan bukit batu dengan bentuk yang menarik, perkampungan di Kabupaten Magelang dan Purworejo, hutan pinus yang lebat, serta hamparan lembah menghijau laksana karpet tebal. Selain kebun teh, pesona lain yang ditawarkan Desa Wisata Nglinggo adalah pesona air terjun yang berada pada ketinggian 900 m dpl dan oleh warga sekitar disebut dengan nama Curug Watu Jonggol yang harus melalui jalur trekking dengan medan yang cukup menantang untuk mencapainya. Lokasinya yang tersembunyi menjadikan kondisi Air terjun ini masih sangat alami, lengkap dengan tumbuhan dan satwa khas dataran tinggi.
Tidak hanya wisata alam, desa wisata ini juga kaya dengan wisata budaya. Wisatawan dapat belajar pertanian, peternakan kambing dan seni mulai dari belajar menari lengger, jathilan, membuat topeng, hingga membatik bisa dilakukan di sini.