1. Industri Kuningan Juawa, Pati
Kerajinan Kuningan dari Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, sudah lama cukup dikenal di tanah air, bahkan hingga mancanegara. Juwana sebagai sentra kerajinan kuningan saat itu mampu mendorong hampir sebagian besar warga setempat untuk menekuni usaha sebagai perajin aneka produk dari bahan kuningan. Yang lebih menarik adalah bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku bekas atau daur ulang sehingga harga bahan baku relatif cukup murah dan mudah diperoleh. Produk yang dihasilkan cukup bervariasi, seperti suku cadang kompor gas, kran air, gagang pintu, meteran air, patung, lampu hias, serta produk lainnya dari bahan kuningan. Munculnya ratusan perajin kuningan, diantaranya karena Kecamatan Juwana merupakan sentra usaha tersebut serta tersedianya bahan baku yang dengan harga murah dan pangsa pasar kuningan yang masih terbuka luas.
2. Songket Unggan, Sijunjung
Songket Unggan merupakan kain tenunan tradisional yang berasal dari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Uniknya Songket Unggan dari pada songket lain adalah dari motif yang digunakan, yaitu motif Unggan Saribu Bukik. Motif Unggan Seribu Bukit berangkat dari motif kaligrafi yang kemudian diadaptasi dan dituangkan ke dalam bentuk tenunan. Selain motif Unggan Seribu Bukit, motif lain yang juga hanya digunakan di daerah tersebut adalah motif Aka Salimpek dan Lansek Manih. Terkait corak kain dari tenun Unggan memiliki bentuk yang lebih bagus, tahan lama, dan dikerjakan secara teliti dengan ciri tekstur benang di kain lebih rapat dan padat.
3. Sebelik Sumpah, Sorolangun
Sebelik sumpah atau Sebalik Sumpah merupakan budaya unik yang ada di Suku Anak Dalam atau biasa disebut Orang Rimbo (Orang Rimba) di Provinsi Jambi. Sebelik Sumpah adalah jenis pohon keras yang menghasilkan buah-buahan. Biji yang terdapat di buah-buahan itu yang kemudian dijadikan kerajinan tradisional oleh Komunitas Orang Rimbo. Pohon Sebelik Sumpah sangat dikeramatkan oleh Orang Rimbo. Mereka memanfaatkan biji buah Sebelik untuk membuat perhiasan, seperti kalung dan gelang yang dalam bahasa Rimba disebut manik. Rata-rata Orang Rimbo baik laki-laki, perempuan dewasa maupun anak-anak memakai perhiasan ini. Mereka percaya bahwa sebelik sumpah mempunyai kekuatan dan mampu menolak dan menangkal bala. Bahkan Orang Rimbo meyakini bahwa sebelik sumpah jika dipakai, maka akan membalikkan sumpah serapah atau niat jahat kembali kepada orang yang berniat tersebut.
Cendera Mata yang Terpopuler 2018
1. Tanjak – Prov. Riau
Tanjak yang merupakan tutup kepala khas Melayu Riau dengan filosofinya atau seperti blangkon pada masyarakat Jawa, yang kini kian dikenal warga Riau hingga nusantara. Tanjak adalah kain yang dililitkan di kepala kaum pria di bumi Melayu, bentuk Tanjak bisa beragam, seni melilitkannya pun juga cukup variatif. Tanjak dianggap sebagai lambang kewibawaan di kalangan masyarakat Melayu. Semakin tinggi dan kompleks bentuknya, menunjukkan semakin tinggi pula status sosial si pemakainya. Tanjak biasa dipakai masyarakat Melayu di seluruh lapisan kelas sosial, baik di lingkungan kerajaan sebagai kalangan bangsawan maupun pada lapisan masyarakat kelas bawah.
Kini di Riau juga terdapat komunitas Tanjak dengan anggotanya yang sebagian besar dari kalangan anak muda. Mereka mempopulerkan kembali penggunaan Tanjak ini sebagai identitas kaum pria di Bumi Melayu.
2. Bambu Munthuk – Kab. Bantul
Desa Muntuk berada di daerah dataran tinggi sebelah timur Kabupaten Bantul yang terkenal sebagai desa pengrajin bambu. Barang kerajinan anyaman bambu dari desa Munthuk, Kabupaten Bantul, telah merambah pasar hingga ke luar negeri. Masyarakat Desa Muntuk sebagian besar bermata pencaharian sebagai pengrajin bambu yang merupakan salah satu industri kreatif dari Yogyakarta dan memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi.
. Desa ini berdekatan dengan destinasi wisata hutan pinus imogiri. Potensi lain yang juga menjadi unggulan di desa wisata ini adalah potensi keindahan alam berupa bukit dan air terjun banyunibo yang terletak di sisi timur desa wisata muntuk. Selain itu wisatawan dapat juga melihat bentangan pemandangan alam di bawah bukit desa tersebut dan menyaksikan indahnya sunrise di pagi hari.
3. Payung Geulis – Kota Tasikmalaya
Salah satu produk yang terkenal dari Tasikmalaya adalah Payung Geulis yang terbuat dari bambu/kayu dan kertas, bukan seperti payung pada umumnya yang terbuat dari besi dan plastik. Payung Geulis memiliki arti payung cantik yang memiliki nilai estetis serta sekaligus dapat berfungsi sebagai alat pelindung dari hujan dan panas serta memiliki ciri khas warna yang mencolok dan ornamen yang menonjolkan keindahan dengan motif yang menjadi andalan adalah bunga. Pada umumnya terdapat dua motif Payung Geulis yaitu motif hias geometris berbentuk bangun seperti garis lurus, lengkung dan patah-patah dan motif hias non geometris diambil dari bentuk alam seperti manusia, hewan dan bunga/tanaman. Seiring perkembangan dan permintaan pasar saat ini motif lukisan mulai dipadukan dan dikembangkan dengan lukisan cat minyak, batik atau bordir. Semua proses pembuatan payung geulis dibuat secara manual dengan buatan tangan/handmade kecuali gagang payung dibuat dengan menggunakan mesin.
Pusat kerajinan Payung Geulis terletak di Desa Panyingkiran, Indihiyang, kota Tasikmalaya dimana pada masa keemasan payung geulis hampir semua warga di daerah Panyingkiran memproduksi kerajinan yang telah ada sejak zaman Belanda ini, namun masa keemasan itu berangsur surut setelah payung buatan pabrikan dari luar negeri masuk ke Indonesia sekitar tahun 1968, sehingga berdampak pada hancurnya usaha kerajinan payung geulis di Tasikmalaya. Usaha kerajinan ini mulai bersinar kembali pada era 1980-an dan kini Payung Geulis Tasikmalaya hanya digunakan saat upacara adat atau dijadikan sebagai hiasan, souvenir dan cindera mata.