Awal Cerita Ogan Komering Ilir


WILAYAH RATUSAN PUYANG
Empu Hyang, berkemungkinan menjadi asal kata puyang. Istilah ini berasal dari bahasa sankrit yang menggambarkan personifikasi manusia dengan kemampuan setengah dewa. Istilah ini telah diterapkan di Sumatera Selatan paling tidak sejak masa Sriwijaya. Sampai sekarang kata “Puyang” denganberbagai varian pengucapannya (seperti muyang, poyang, dsb) masih sangat dikenal dilingkungan masayarakat Kabupaten OKI. Puyang adalah figur yang paling menonjol dan dapat ditemui hampir disetiap tempat dalam wilayah OKI. Tokoh ini dipercaya sebaga cikal bakal masyarakat setempat. Digambarkan dalam cerita-cerita lokal yang bersifat legenda, bahwa tokoh yang disebut puyang itu memiliki keuatan supranatural, hebat dan sakti madra guna. Puyang dari bukit batu memiliki kesaktian pada ucapannya, sehingga siapa yang dia sumpah dapat mengeras jadi batu. Cerita ini kemudian diperkuaat dengan sekumpulan batu yang dinyatakan sebagai korban sumpah tokoh tersebut.
Ada pula puyang yang dapat terbang, ada yang dapat menghilang, memiliki ilmu kebal tidak mempan senjata, sangat pintar, dan tidak jarang ada pula puyang yang memiliki sifat jenaka. Pada umumnya makam-makam mereka dirawat dengan baik dan dipandang sebagai salah satu makam yang bersifat keramat. Para puyang itu, yang menurunkan masyarakat yang menghuni kawasan OKI.

ERA PENJAJAHAN BELANDA
Era penjajahan Belanda wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) termasuk ke dalam wilayah Keresidenan Sumatera Selatan dan Sub Keresidenan (Afdeeling) Palembang dan Tanah Datar dengan ibukota Palembang. Afdeeling ini dibagi dalam beberapa onder afdeeling, dan wilayah Kabupaten OKI meliputi wilayah onder afdeeling Komering Ilir dan onder afdeeling Ogan Ilir. Di era kemerdekaan wilayah Kabupaten OKI termasuk dalam Keresidenan Palembang yang meliputi 26 marga. Kemudian di era ORBA wilayah Kabupaten OKI menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Setelah adanya pembubaran marga, wilayah Kabupaten OKI dibagi menjadi 12 Kecamatan defenitif dan 6 kecamatan perwakilan.
Sebelum tahun 2000 Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) memiliki 14 kecamatan defenitif dan 4 kecamatan perwakilan. Keempat kecamatan perwakilan tersebut adalah Kecamatan Rantau Alai dengan Kecamatan Induk Tanjung Raja, Kecamatan Jejawi dengan Kecamatan Induk Sirah Pulau Padang, Kecamatan Pematang Panggang dengan Kecamatan Induk Mesuji dan Kecamatan Cengal dengan Kecamatan Induk Tulung Selapan. Namun semenjak tahun 2001, empat kecamatan perwakilan tersebut disahkan menjadi kecamatan defenitif sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten OKI menjadi 18 kecamatan dan meliputi 434 desa dan 13 kelurahan.
Dalam perjalanannya, berdasarkan KEPPRES Nomor 37 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir di Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten OKI dimekarkan menjadi dua kabupaten yakni Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir yang beribukota di Inderalaya. Wilayah Kabupaten Ogan Ilir meliputi KecamatanInderalaya, Tanjung Raja, Tanjung Batu, Muara Kuang, Rantau Alai dan Kecamatan Pemulutan. Setelah pemekaran ini, wilayah Kabupaten OKI terdiri dari 12 kecamatan, yang meliputi 272 desa dan 11 kelurahan.
Selanjutnya, Berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2005, wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir kembali dimekarkan sehingga terbentuk 6 kecamatan baru, yaitu Kecamatan Pangkalan Lampam, Mesuji Makmur, Mesuji Raya, Lempuing Jaya, Teluk Gelam dan Kecamatan Pedamaran Timur. Setelah pemekaran ini Kabupaten Ogan Komering Ilir secara administratif meliputi 18 Kecamatan, 11 kelurahan dan 290 desa. Saat ini Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri 18 Kecamatan yang terdiri dari 314 Desa dan 13 Kelurahan

OKI DALAM SEJARAH SUMATERA SELATAN
Wilayah OKI telah dikenal sebagai bagian dalam wilayah Sumatera Selatan sejak sebelum masa kemerdekaan. Pada masa kesultanan daerah ini menjadi salah satu kawasan yang penting
Pada masa Belanda, Koloni ini menjadikan Sumatera Selatan sebagai suatu wilayah keresidenan yang dipimpin oleh seorang residen.Menjelang akhir penjajahannya, keresidinan dibagi menjadi afdeeling masing-masing dikepalai oleh seorang asisten residen dengan perincian :
1. Daerah Palembang, dan Tanah Datar dengan Ibu Kota Palembang, meliputi Palembang Kota, Talang Betutu, Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Ilir dan Rawas.
2. Daerah Pegunungan Palembang, dengan Ibukota di Lahat. Daerah ini meliputi Lematang Ilir, Lematang Ulu, Tanah Pasemah, Tebing Tinggi dan Musi Ulu.
3. Daerah Ogan dan Komering Ulu, dengan ibukota Baturaja. Daerah ini meliputi Daerah Komering Ulu, Ogan Ulu dan Muara Dua.

Ketiga Afdeeling tersebut dibagi lagi kepada onder-afdeeling. Pada waktu itu, kawasan yang sekarang di kenal dengan sebutan Ogan Komering Ilir merupakan dua onder-afdeeling, yaitu onder-afdeeling Ogan Ilir dan onder-afdeeling Komering Ilir. Pembagian ini terus berlagsung sampai masuknya pemerintahan militer Jepang menganti kolonial Belanda. Jepang menggunakan istilah Syu untuk diterapkan pada keresidenan.

Related Posts