Atraksi Budaya Terpopuler tahun 2019
1. Tari Rentak Kudo – Kota Sungai Penuh
Tarian ini dikenal sebagai “Rentak Kudo” karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat Latar belakang sakral oleh masyarakat sekitar Gunung Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci.
2. Dayung Belang – Kab. Maluku Tenggara
Lomba perahu Belang adalah salah satu alat pemersatu antar kampung, maka dengan kegiatan ini orang Kei merasa adanya Ain Ni Ain (ikatan kekeluargaan) yang selalu dijaga. Belang, begitulah masyarakat di Kepulauan Kei (Maluku Tenggara) menyebut perahu langsing dengan panjang 40 meter yang ratusan tahun lalu selain digunakan untuk berperang, juga merupakan kendaraan raja dan para imam. Dalam lomba, Belang hanya dinaiki 30-40 orang yang berkekuatan fisik di atas rata – rata untuk mendayung. Hanya dengan didayung, Belang tercatat dalam sejarah pernah menempuh jarak hingga Skandinavia. Mirip dengan perahu-perahu bangsa Eropa yang memiliki dekorasi kepala dan ekor binatang di bagian depan dan belakang Belang. Umumnya berkepala kuda dan naga dengan ekor yang melengkung naik
3. Sampan Lemper – Kab. Indragiri Hilir
Kondisi pasang surut air laut Kab. Indragiri Hilir membuat masyarakat harus beradaptasi agar bisa tetap menjalani kehidupan sehari-hari. Namun warga tidak menyerah, karena apabila harus menunggu air pasang hingga akhirnya bisa dilewati oleh sampan tentu membutuhkan waktu yang cukup lama, sementara warga harus tetap melanjutkan kegiatannya seperti sekolah, kerja, berdagang dan lainnya. Warga pun berinovasi dengan menciptakan sampan lemper agar tetap bisa melintasi sungai yang surut dan dangkal. Warga merenovasi sampan agar bisa tetap berjalan ditengah kondisi surut dengan membuat bagian bawah sampan menjadi datar. Sampan ini bisa digunakan pada saat air sungai sedang surut dengan berjalan di atas lumpur dan hingga saat ini masih dijadikan sebagai alat transportasi. Sampan leper merupakan perahu yang memiliki ukuran variatif, ada yang memiliki luas 1×3 meter hingga luas 1×5 meter dengan lantai dasar yang memiliki permukaan pipih dan datar. Untuk sampan yang berukuran 1×3 meter dapat menampung penumpang sebanyak empat orang dan sampan yang berukuran 1×5 meter mampu menampung penumpang hingga enam orang
Atraksi Budaya Terpopuler tahun 2018
1. Tari Anggguk – Kulon Progo
Salah satu kekayaan budaya Yogyakarta adalah Tari Angguk yang merupakan tarian khas Kulon Progo. Tarian ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan setelah panen padi dan diperkirakan tarian ini ada pada era Belanda berkuasa yang diciptakan oleh sekelompok masyarakat yang terpisah secara sosial diluar wilayah Keraton. Tarian ini dinamakan Tari Angguk, dikarenakan untuk merayakannya para pemuda dan pemudi bersukaria dengan bernyanyi dan menari sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Tari Angguk Kulon Progo, pada awal perkembangannya dipergunakan sebagai media penyebaran agama Islam. Seiring berjalannya waktu berkembang menjadi tarian dengan fungsi lain yang lebih universal sehingga dapat dinikmati oleh siapapun, namun tetap kental dengan nuansa Islam yang terlihat dari lantunan vokal pengiringnya. Biasanya ditampilkan ketika ada masyarakat yang sedang melangsungkan pernikahan, supitan dan lain sebagainya.
Perpaduan budaya di tarian Angguk juga tampak dari instrumen musik pengiringnya. Saat ini kesenian Angguk modern sudah mulai disisipi alat musik seperti rebana, bedug, simbal, snare drum bahkan juga keyboard. Nuansa Arab dan Jawa terlihat dari lantunan syair dan nuansa Eropa tergambar dari kostum yang dikenakan para penari.
2. Pacu Jawi – Tanah Datar
Pacu Sapi atau Pacu Jawi dalam bahasa Minang adalah merupakan salah satu atraksi budaya yang saat ini sangat terkenal di Sumatera Barat. Asal muasal Pacu Jawi dilakukan oleh para petani dan masyarakat disekitar Kabupaten Tanah Datar dalam mengisi waktu setelah masa panen dan biasanya diadakan 3 kali dalam setahun. Banyak yang mengira Pacu Jawi ini ada di pulau Madura, karena memang yang terkenal akan balapan sapi yaitu daerah Madura dengan Karapan Sapi. Perbedaan yang mencolok antara Pacu Jawi dengan Karapan Sapi adalah lahan yang digunakan. Kalau Karapan Sapi menggunakan tanah datar dan kering sebagai arena, sedangkan Pacu Jawi menggunakan area sawah yang sudah basah. Sehingga jika difoto akan tampak lebih dramatis dan banyak didapatkan momen yang bagus.
Yang unik dari Pacu Jawi ini dilepas sendirian dan tidak dipasang lawan, konon cara ini dibuat agar tidak terjadi taruhan yang kerap terjadi dalam setiap balapan. Awalnya Pacu Jawi murni hiburan bagi para petani usai masa panen dan hal inilah yang membuat Pacu Jawi menarik, meriah, dan berbeda. Jokinya dibekali alat bajak pacu yang terbuat dari bambu sebagai alat berpijak sewaktu perlombaan dan merupakan salah satu peralatan yang digunakan petani untuk membajak sawah. Jika diperhatikan sang joki pada saat memacu sapinya mereka menggigit ekor sapinya, semakin kuat ekor sapi digigit maka semakin kencang larinya. Cipratan lumpur berterbangan, sorak-sorai penonton, serta sesekali alunan musik minang mengalun untuk memeriahkan Pacu Jawi ini. Jika sudah puas menikmati Pacu Jawi, di sekitar arena terdapat pasar rakyat yang banyak menjual kuliner khas Minang yang wajib dicoba satu persatu.
3. Tari Saman – Gayo Lues
Tari Saman adalah sebuah tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Lagu dan syair dalam Tari Saman mempergunakan bahasa Gayo, pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan, pemainnya terdiri dari para pemuda pria dengan memakai pakaian adat. Biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyatakan Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari saman telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tanggal 24 November 2011.
Tari Saman merupakan salah satu media untuk berdakwah yang mencerminkan pendidikan keagamaan (Islam), sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Sebelum Tari Saman dimulai dibuka dengan menampilkan seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat (keketar) untuk memberikan nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan penonton.
Tari Saman merupakan salah satu tarian yang paling populer di Indonesia, bahkan tarian ini sudah dikenal hingga mancanegara, karena keunikannya yang memadukan gerakan tari yang sangat kompak dengan harmonisasi antara lagu dengan paduan suara yang mengiringi gerakan.
Atraksi Budaya Terpopuler tahun 2017
—Juara I: Bakar Tongkang – Kab. Rokan Hilir
—Juara II: Tari Ngagah Harimau – Kab. Kerinci
—Juara III: Tabuik – Kota Pariaman
Atraksi Budaya Terpopuler tahun 2016
—Juara I: Iraw Tengkayu – Provinsi Kalimantan Utara
—Juara II: Pasola – Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur
—Juara III: Bambu Gila – Provinsi Maluku