CENDERA MATA (SOUVENIR) KAIN TENUN SONGKET PUTRI LINDUNG BULAN
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki berbagai macam khas cindera mata, salah satunya adalah kain tenun songket Aceh Tamiang yang diberi nama Putri Lindung Bulan. Kain tenun songket Putri Lindung Bulan merupakan kain tenun tradisional warisan melayu. Kain tersebut dibuat dari hasil kerajinan tangan dengan ciri khas dan nilai-nilai seni budaya daerah masyarakat suku melayu yang berada di Provinsi Aceh.
Songket selalu diartikan sebagai kain tenun yang mewah. Kain ini biasa diberikan kepada sanak saudara dan kolega sebagai cindera mata. Selain untuk oleh-oleh kain tersebut biasa dikenakan saat hari-hari besar sepeti perayaan ulang tahun daerah, acara pesta keluarga, dan acara pernikahan. Pada acara pernikahan kain ini dahulunya wajib digunakan untuk seserahan dari mempelai pria kepada mempelai wanita.
Beragam jenis motif serta filosofi dalam setiap motifnya dan telah diwarisi secara turun temurun. Terdapat 25 motif telah tercatat di Kementerian Hukum dan HAM RI dalam Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional. Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Daerah Kabupaten Aceh Tamiang menyebutkan “Aceh Tamiang memiliki motif songket yang unik dan cantik, keindahannya memiliki nilai estetika yang tinggi. Ada motif pucok rebong yang merupakan lambang dari Aceh Tamiang itu sendiri. Gambar dan filosofi motif pucok rebong dapat dilihat dibawah ini:
Matang, P (2016) menjelaskan bahwa setiap hasil kebudayaan mempunyai makna simbolis yang patut untuk dikaji, misalnya motif Pucok Rebong melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif Pucok Rebong selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut.
Penggunaan motif Pucok Rebong pada kain songket dimaksudkan agar pemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup. Selain Pucok Rebong, motif yang selalu dipakai adalah Tampok Manggis, Datok Empat Suku, Susun Sireh Berangkai Biji Timun, dan Awan Berarak. Keseluruhan motif tersebut dibordir menjadi kain songket tenun yang indah melambangkan Bumi Muda Sedia yang betuah. Bumi Muda Sedia adalah sebutan untuk daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Gambar motif yang selalu dipakai dapat dilihat dibawah ini.
Cara pembuatan yang masih tergolong sederhana dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kain songket berbeda-beda. Harga yang ditawarkan dari Rp. 300 ribu – 5 juta tergantung tingkat kerumitan dalam pembuatan motif dan bahan yang dihabiskan. Kain tenun songket merupakan salah satu kearifan lokal yang wajib untuk dilestarikan, oleh sebab itu usaha yang dilakukan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Kabupaten Aceh Tamiang sering mengadakan pelatihan pembuatan kain tenun songket bagi wanita-wanita daerah di Aceh Tamiang. Gambar kegiatan dapat dilihat di bawah ini:
Tujuan diadakannya pelatihan adalah melestarikan hasil budaya daerah dan menumbuhkan kemandirian wanita daerah guna meningkatkan taraf kesejahteraan hidup keluarga. Kain songket ini sering diikutsertakan dalam berbagai macam lomba dan pameran dengan tujuan mempromosikan kain daerah khas Aceh Tamiang, sehingga layak untuk diakui di dalam negeri maupun manca negara. Gambar songket Aceh Tamiang dapat dilihat di bawah ini:
Sumber : Referensi dan dokumentasi dari Dekranasda Kab. Aceh Tamiang.