Di tahun 2023 ini, Lois Jeans, berkolaborasi dengan Anindhaloka serta Indonesia Fashion Chamber (IFC) meluncurkan Indonesia Sustainable Fashion Movement (ISFM). ISFM merupakan gerakan sosial yang mengajak setiap orang untuk turut serta menciptakan ekosistem fesyen yang berkelanjutan melalui conscious living, dari hulu hingga hilir. Ekosistem yang meliputi budidaya bahan baku serat, produksi serat, produksi benang, produksi tekstil, produksi fashion dan aksesoris, hingga konsumen penggunanya.
Kolaborasi Lois, Anindhaloka, dan IFC lahir untuk merespon konsep fast fashion yang ternyata menyebabkan degradasi ekologi dan sosial. Fast fashion adalah praktik memproduksi pakaian murah dalam jumlah besar untuk mengikuti tren dan gaya terkini. Pendekatan ini menghasilkan pakaian yang dibuat dengan kualitas kurang baik dan tidak dirancang agar tahan lama, yang menyebabkan tingkat pergantian yang lebih tinggi dan kebutuhan akan barang baru yang terus-menerus.
Produksi tekstil dan pakaian membutuhkan air, energi, dan bahan kimia dalam jumlah besar. Pembuangan pakaian berkontribusi besar terhadap polusi dan limbah. Industri fesyen adalah salah satu pencemar terbesar di dunia, kedua setelah industri minyak, yang bertanggung jawab atas 20% polusi air yang dihasilkan industri global. Industri fesyen juga bertanggung jawab atas 10% emisi karbon di seluruh dunia. Sekitar 1,2 miliar ton emisi karbon disebabkan oleh fast fashion. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan gabungan dari emisi karbon penerbangan internasional dan pelayaran maritim.
Selain degradasi ekologi, fast fashion juga berkontribusi pada degradasi sosial yang signifikan. Praktik outsourcing produksi ke negara-negara berkembang untuk memangkas biaya telah menyebabkan kondisi kerja yang buruk dan eksploitasi pekerja. Banyak perusahaan fast fashion dikritik karena tidak memberikan upah layak bagi pekerjanya dan karena gagal menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Ekosistem fesyen yang berkelanjutan merupakan jawaban terhadap degradasi ekologi dan sosial, dan ISFM lahir untuk mewujudkannya. ISFM mendorong terciptanya kemandirian serat, yang melibatkan pembudidaya dan pembuat serat lokal, sehingga inklusif. Pewarnaan mengutamakan warna alam, atau setidaknya green chemical. Desain dirancang untuk meminimasi sisa bahan baku. Konsumen fesyen didorong untuk mengubah mindsetnya. Berganti-ganti pakaian pada setiap aktivitas yang berbeda bukan lagi gaya hidup yang membanggakan.
Untuk menggulirkan kampanye ISFM menjadi bola salju, berbagai inisiatif telah dan akan terus dilakukan. Dialog dan Talkshow ISFM dihadirkan di Kolaboraksi 2023. Aksi nyata juga telah dimulai. Conscious Living melalui upcycling fashion diwujudkan dengan mengubah limbah denim menjadi produk-produk fashion yang lebih bernilai tambah.
Bekerja sama dengan 10 desainer (AL•DRI•E; BRILIANTO; Dhi Flora; Emmy Thee; Erika Ardianto x ARRA; OPIE OVIE; Pricilla Margie; Rosie Rahmadi; SAPARO; dan Tailormoon) Lois Jeans, Anindhaloka, dan IFC menghadirkan produk upcycling fashion dalam exhibition dan fashion show di Spotlight pada tanggal 16-18 November di Post Bloc Pasar Baru.
Inisiatif-inisiatif yang telah dimulai dalam kampanye ISFM ini merupakan langkah awal. Untuk menjadikan sustainable fashion sebagai gaya hidup masyarakat, kita membutuhkan lebih banyak aksi-aksi gotong royong dari berbagai pihak sehingga ekosistem fesyen yang berkelanjutan menjadi arus utama. Mari bergabung dalam Indonesia Sustainable Fashion Movement!